PALANGKA RAYA - Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) merupakan suatu daerah yang memiliki akar kultur budaya yang sangat kental sekali dijaga kearifan lokalnya. Dengan didominasi penduduk asli penghuni pulau Borneo (Kalimantan) ini, yaitu suku Dayak.
Di Kalteng saja juga suku Dayak ada beberapa sub suku dengan tatanan bahasa yang berbeda antar anak sungai yang lainnya, seperti aliran Sungai Barito dengan sungai Kahayan, memiliki perbedaan sub suku Dayak.
Pada masa kepemimpinan seorang tokoh masyarakat Dayak Kalteng, Dr Agustin Teras Narang, SH yang pada saat itu menjabat sebagai Gubernur Kalteng dan wakil Gubernur Kalteng Ir Ahmad Diran, di periode pertama tahun 2005 - 2010.
Pasangan yang mewakili kependudukan masyarakat Kalteng, Agustin Teras Narang dari masyarakat Suku Dayak dan Ahmad Diran mewakili masyarakat Jawa.
Kedua tokoh ini mampu membuat Kalteng yang semula sebagai Provinsi yang berada ditengah - tengah Pulau Kalimantan yang dipenuhi hutan belantara dan minimnya infrastruktur jalan menuju akses daerah terpencil, kini sudah sangat banyak dirasakan oleh masyarakat Kalteng, manfaat atas dedikasi dan kinerja pemimpin kedua tokoh ini.
Menurut Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Gamawan Fauzi, pada masa kepemimpinan pasangan Teras - Diran pembangunan di Kalteng sangat jelas hasilnya. Misalnya pada saat Indonesia diterpa krisis, pertumbuhan ekonomi Kalteng justru naik hingga 5%. Peningkatan APBD dari semula Rp 590 miliar naik menjadi Rp 2 triliun (400%) dalam 5 (Lima) tahun.
Baca juga:
Dr.Hidayatullah, Alumni ke-39 PDIE Unila
|
Dalam kepemimpinannya, Teras Narang dan Achmad Diran memprioritaskan lima sektor pembangunan, yaitu infrastruktur, pendidikan, kesehatan, ekonomi berbasis kerakyatan dan lingkungan hidup.
Sebagai Wakil Gubernur, Achmad Diran dikenal sebagai sosok yang dengan dengan masyarakat dari berbagai golongan. Bersama Teras Narang, beliau bersedia memimpin langsung pembangunan Mesjid Agung Darusalam Palangkaraya pada bulan Mei 2010. Pada bulan April 2010, ia pernah menyatakan bahwa selama lima tahun pertama kepemimpinan, ia berusaha menjauhkan diri dari praktik KKN.
Bersama Teras Narang, beliau bersedia memimpin langsung pembangunan Mesjid Agung Darusalam Palangkaraya pada bulan Mei 2010. Pada bulan April 2010, ia pernah menyatakan bahwa selama lima tahun pertama kepemimpinan, ia berusaha menjauhkan diri dari praktik KKN.
Ia berjanji untuk tidak akan tidak pernah memberikan fasilitas kemudahan bagi anak-anak dan kerabatnya untuk ikut dalam proyek pemerintahan.
Sebelum menjadi wagub, Achmad Diran sudah cukup lama menapaki dunia birokrasi. Pria yang pernah menjabat sebagai Bupati Barito Selatan ini membangun karirnya dari nol.
Kedekatannya dengan masyarakat terlihat nyata melalui kerukunan antar suku dan agama di Kalimantan Tengah yang multietnis, di mana suku terbesarnya adalah suku Dayak. Mereka dapat hidup rukun dengan suku-suku lain maupun para pendatang karena saling-menghargai perbedaan masing-masing.
Achmad Diran sendiri adalah seorang penganut agama Islam yang taat dan berasal dari Jawa, namun hal itu tidak jadi masalah dan malah saling melengkapi ketika bersanding dengan Teras Narang yang asli suku Dayak Ngaju dan beragama Kristen Protestan.
Achmad Diran sering melakukan lawatan dan safari ke daerah-daerah untuk menampung aspirasi warga untuk disampaikan kepada Gubernur, atau sekedar memperkuat persatuan. Pada malam takbiran Lebaran 2006 beliau tak segan-segan turun langsung menghampiri para petugas yang sedang menjalankan Operasi Ketupat Telabang 2006 di posnya di Bundaran Besar Palangkaraya.
Achmad Diran yang juga seorang sarjana pertanian memang lebih banyak menjalankan operasional sehari-hari seperti menjadi penanggungjawab pemberantasan ilegal logging. Dalam programnya, untuk memberantas ilegal logging ini Pemprov sudah membentuk Tim Terpadu melalui SK Gubernur Kalteng Nomor 164 Tahun 2005 tanggal 2 Agustus 2005, yang kemudian direvisi dengan Keputusan Nomor 371 Tahun 2006 tanggal 19 Oktober 2006 tentang Pembentukan Tim Gabungan Penertiban/Pengamanan hutan Provinsi Kalteng, yang unsurnya terdiri dari TNI, Polri dan Instansi Pemerintah terkait.
Achmad Diran juga dikenal sebagai sosok yang sederhana dan apa adanya. Beliau tak pernah mau jika ditawari berkunjung ke negara-negara bersuhu dingin seperti Eropa lantaran takut terserang asma. Diran mengaku bahwa belum tentu setahun sekali ia pergi keluar negeri meski tawaran kunjungan sebenarnya cukup banyak.
Pada bulan Februari 2012 pria kelahiran Solo, Jawa Tengah ini mengirim surat ke Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan untuk menyampaikan keberatan atas tuduhan Front Pembela Islam (FPI) terhadap segenap tokoh masyarakat Kalteng karena telah menolak pembentukan FPI di sana, yang sebetulnya didasari alasan untuk menjaga ketentraman dan ketertiban masyarakat serta stabilitas daerah.
Berkaitan dengan isu akan dinaikkannya harga BBM pada bulan April 2012, beliau dengan tegas melarang kepala daerah di wilayahnya untuk ikut melakukan aksi unjukrasa menolak kenaikan harga BBM karena kepala daerah adalah aparat pemerintah yang merupakan saluran resmi masyarakat dalam menyampaikan aspirasi pada pemerintah pusat.
Saat ini, beliau dipercayakan sebagai Ketua DPW Partai Amanat Nasional (PAN) Provinsi Kalimantan Tengah.